KORANMANDALA.ID – Lo pernah denger istilah “Content is King”? Kalau belum, fix lo harus stay di sini. Ini bukan cuma kata-kata keren buat caption, tapi prinsip sakral di dunia digital. Intinya: konten itu segalanya. Mau lo bikin blog, YouTube, TikTok, atau website berita—tanpa konten yang solid, semua cuma jadi pajangan.
Istilah ini pertama kali dilontarkan sama Bill Gates (yes, bapak teknologi itu) tahun 1996. Dia udah nge-ramal kalau internet bakal jadi ladang cuan buat siapa pun yang bisa bikin konten berkualitas. Dan sekarang? Ramalannya kejadian banget. Semua orang berlomba bikin konten, tapi yang bertahan cuma yang punya value dan bisa nyambung sama audiens.
Di artikel ini, kita bakal bahas kenapa konten itu bisa jadi raja, gimana Google nge-judge kualitas konten lo, dan kenapa link sharing itu bukan sekadar promosi, tapi strategi. Plus, kita juga bakal bahas “Content is Queen”—karena distribusi dan vibes itu nggak kalah penting. So, siap jadi content royalty? Let’s gooo.
Makna Filosofis dari “Content is King”
Jadi gini, istilah Content is King itu bukan cuma jargon marketing doang. Ini pertama kali diucapin sama Bill Gates (yes, si bapak Microsoft) tahun 1996. Dia nulis esai yang basically bilang: “Di masa depan, duit di internet bakal datang dari konten.” Dan… dia bener banget.
“Content is where I expect much of the real money will be made on the Internet.”
— Bill Gates, 1996
Fast forward ke sekarang, semua orang berlomba bikin konten—dari influencer TikTok sampe media besar. Tapi konten yang asal-asalan? Sorry, nggak akan bertahan lama.
Istilah ini bukan sekadar slogan. Ia mengandung filosofi mendalam bahwa konten adalah inti dari semua interaksi digital. Tanpa konten yang relevan, informatif, dan menarik, website, media sosial, atau platform digital lainnya tidak akan memiliki nilai.
Konten sebagai Raja berarti:
- Menarik perhatian audiens: Konten yang bagus bikin orang berhenti scroll dan mulai baca.
- Membangun kepercayaan: Informasi yang akurat dan bermanfaat bikin audiens percaya pada brand atau media.
- Mendorong tindakan: Konten bisa menggerakkan orang untuk membeli, mendaftar, atau membagikan.
- Menjadi aset jangka panjang: Artikel evergreen, video tutorial, atau infografis bisa terus mendatangkan traffic selama bertahun-tahun.
“Content is Queen”: Distribusi Itu Kunci
Nah, kalau konten itu raja, maka Content is Queen adalah ratu yang ngatur gimana konten itu nyampe ke audiens. Konten bagus tapi nggak dibagiin? Sama aja kayak punya outfit kece tapi nggak pernah dipake keluar rumah.
“Content is Queen” tuh soal:
– Bikin konten relatable yang bikin orang pengen share
– Storytelling yang nyentuh (bukan cuma data doang)
– Visual yang aesthetic biar bisa masuk explore atau FYP
Konten yang viral itu bukan cuma karena bagus, tapi karena nyambung sama audiens dan gampang dibagikan.
Google & Konten: Gimana Cara Mereka Ngejudge?
Google itu kayak guru killer yang punya rubrik penilaian super detail. Mereka nggak cuma liat isi konten, tapi juga siapa yang nulis, seberapa kredibel, dan apakah kontennya beneran bantu orang.
E-E-A-T: Bukan Makanan, Tapi Standar Google
– Experience: Penulisnya punya pengalaman langsung?
– Expertise: Dia emang ahli di bidangnya?
– Authoritativeness: Situsnya punya reputasi?
– Trustworthiness: Bisa dipercaya nggak nih?
Kalau konten lo lolos dari standar ini, baru deh bisa naik ke page one. Kalau nggak? Ya… masuk jurang page 10.
Link Sharing: Jangan Pelit Link, Bro
Satu hal yang sering diremehkan: link sharing. Padahal ini penting banget buat SEO. Google pake link buat tau konten lo tuh valid, populer, dan worth it buat ditampilin.
“Kalau nggak ada yang nge-link ke situs lo, kita bakal kesulitan nemuin itu.”
— John Mueller, Search Advocate Google
Dan dia juga bilang:
“Lo harus promosiin konten lo sendiri. Bikin orang mampir, suka, dan akhirnya nge-link ke situs lo.”
— John Mueller, Google Webmaster Hangout
Jadi jangan malu-malu buat share link di medsos, grup WA, atau bahkan di bio Tinder (eh, kalau relevan ya). Link itu kayak rekomendasi digital—semakin banyak yang rekomendasiin, makin tinggi kredibilitas lo.
Konten = Duit (Kalau Lo Mainin Strateginya)
Konten yang bagus bisa jadi sumber cuan. Tapi bukan cuma soal bikin viral. Lo harus ngerti cara monetize:
– Adsense buat blog atau YouTube
– Affiliate marketing buat produk
– Langganan premium kayak Substack atau Patreon
– Sponsored content buat brand collab
Tapi inget, semua itu baru bisa jalan kalau kontennya bernilai dan bisa ditemukan.
Jadi Gimana Strategi Konten ala Gen Z?
Lo nggak perlu jadi jurnalis senior buat bikin konten yang impactful. Yang penting:
– Tulis dari hati, bukan cuma keyword
– Pake gaya bahasa yang lo banget
– Jangan takut buat share dan promosiin
– Bangun trust lewat konsistensi dan transparansi
Konten itu bukan cuma soal kata-kata. Itu soal koneksi, vibe, dan value yang lo kasih ke orang lain.
Konten Bermanfaat dan Dibagikan secara Natural bakal Menang.
“Content is King” ngajarin kita buat fokus ke kualitas. “Content is Queen” ngingetin kita buat mikirin distribusi dan engagement. Dua-duanya penting. Tanpa raja, nggak ada kerajaan. Tanpa ratu, kerajaan nggak jalan.
“Konten bukan cuma tulisan. Itu adalah pengalaman, emosi, dan koneksi.” — Editor Gen Z, probably
Google pun udah bilang: konten yang bermanfaat dan dibagikan secara natural itu yang bakal menang. Jadi, yuk mulai bikin konten yang bukan cuma viral, tapi juga bermakna dan tahan lama. ***






