KORANMANDALA.ID – Pagi ini, seperti biasa, hiruk-pikuk Jalan Asia Afrika di Bandung sudah terasa. Orang-orang berlalu lalang, kendaraan memadati jalan. Pernahkah Anda berhenti sejenak dan berpikir, mengapa jalan ini dinamakan Asia Afrika? Atau, mengapa kota yang kita pijak ini bernama Bandung?
Bagi sebagian besar dari kita, nama tempat hanyalah label pada peta. Kita mengenalnya, menggunakannya, tapi jarang menggali lebih dalam. Padahal, setiap nama memiliki ceritanya sendiri. Jalan Asia Afrika, misalnya, adalah saksi bisu Konferensi Asia Afrika tahun 1955, sebuah peristiwa monumental yang mengubah peta geopolitik dunia. Nama itu bukan sekadar ejaan, tapi rekaman sejarah yang abadi, sebuah living memory yang terpahat di aspal kota.
Jejak Sejarah dan Geografi dalam Nama Kota
Lalu, bagaimana dengan Bandung itu sendiri? Kata “Bandung” yang kita kenal sekarang, memiliki akar dari kata bendung atau bendungan. Para ahli toponimi meyakini, nama ini merujuk pada cekungan atau bendungan alami yang terbentuk jutaan tahun lalu oleh lahar Gunung Tangkuban Parahu. Lahar panas itu, setelah mendingin, membentuk bentang alam menyerupai tanggul raksasa, memerangkap air dan menciptakan Danau Purba Bandung yang luas. Coba lihat sekeliling Anda di Bandung; di mana pun Anda berdiri, Anda sebenarnya berada di dasar danau purba raksasa itu! Ini adalah contoh klasik bagaimana fitur geografis secara langsung mempengaruhi penamaan sebuah tempat. Toponimi, pada intinya, adalah studi tentang ini: memahami asal-usul, makna, penggunaan, dan jenis nama geografis. Ini seperti menjadi seorang detektif linguistik, mencoba memecahkan misteri di balik setiap nama di peta.
Apa Itu Toponimi dan Mengapa Penting?
Toponimi bukanlah sekadar daftar nama; ia adalah jembatan menuju masa lalu, cerminan budaya, dan jendela ke dalam lingkungan alam suatu wilayah. Mengapa penting untuk mengetahui semua ini? Bayangkan Anda seorang jurnalis yang meliput berita dari Bandung. Jika Anda memahami bahwa “Cibaduyut” berarti “rawa dengan pohon duyut” (dari ci yang berarti air dalam Sunda dan baduyut nama tumbuhan), Anda tidak hanya melaporkan fakta, tetapi juga memberikan konteks yang lebih kaya kepada pembaca. Anda menunjukkan, bahwa di balik nama itu ada ekosistem masa lalu, mungkin rawa yang kini sudah padat bangunan.
Selanjutnya, Bandung: Laboratorium Toponimi yang Hidup






